MAKALAH KURIKULU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM


MAKALAH KURIKULU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM 

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan murid dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Sesuai dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kurikulum membutuhkan landasan kuat agar dapat dikembangkan oleh sekolah. Namun, pada kenyataaannya kurikulum dibuat sesuai standar kompetensi dan standar nasional yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah. Secara ideal, pengembangan kurikulum dilakukan oleh sekolah atau lembaga pendidikan tersebut yang lebih mengerti dan paham kurikulum seperti kondisi yang dibutuhkan. Pengalaman selama setengah abad negeri ini mengelola sendiri sistem pendidikan menunjukkan bahwa setiap kali muncul pembahasan yang mengarah kepada upaya perbaikan sistem pendidikan nasional, selalu yang menjadi titik berat perhatian adalah pembenahan kurikulum.
Dalam sebuah kurikulum sendiri terdapat berbagai komponen-komponen atau unsur-unsur yang membangun kurikulum tersebut,dan antara satu kumponen dengan komponen lainnya itu saling berkaitan. Apabila salah satu komponennya tidak ada ataupun tidak berfungsi maka dapat dikatakan bahwa kurikulum tersebut gagal atau tidak berhasil. Karena itu untuk mencapai suatu keberhasilan kurikulum diperlukanlah sebuah sistem yang bagus yang memuat komponen kurikulum yang terbaik dan ditunjang dengan struktur kurikulum yang terbaik pula.
Dalam makalah ini penulis mencoba membahas perkembangan kurikulum PAI di sekolah umum, yang mana disaat ini menjadi persolan sedikitnya jam yang diterapkan oleh sekolah umum untuk pendidikan keagamaan, kurikulum yang memang mnerapkan demikian terhadap sekolah-sekolah umum. Dalam tulisan ini penulis mencoba membahas perkembangan kurikulum PAI disekolah SMAN 1 Curup Utara, penulis akan melihat perkembangan kurikulu PAI yang diterapkan disekolah SMAN 1 Curup Utara.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah umum?
2.      Bagaimana Karakteristik Kurikulum PAI disekolah umum?
3.      Bagaimana pengembangan kurikulum PAI di SMAN 1 Curup Utara?
 PEMBAHASAN
A.    Lokasi Penelitian SMAN I Curup Utara
SMA Negeri 1 Curup Utara terletak di Jl. Dr. AK. Gani Desa Pahlawan arah Utara kota curup dengan jarak + 1 KM dari pusat kota,       SMA Negeri 1 Curup Utara berdiri pada tahun 1985 dengan SK Penegerian pada tanggal 22 November 1985 No. 061/0/1985. Pada tahun pertama, sekolah ini hanya memiliki tiga gedung utama yakni gedung pertama digunakan untuk kantor, gedung kedua digunakan sebagai ruang serba guna, dan gedung yang ketiga digunakan untuk proses belajar mengajar yang terdiri dari tiga ruangan belajar. Pada mulanya nama sekolah tersebut adalah  SMA Negeri 3 Rejang Lebong hingga pada tahun 2008 nama SMA Negeri 3 Rejang Lebong berganti nama dengan sebutan SMA Negeri 1 Curup Utara.
Dalam perkembangan serta kemajuan di dunia pendidikan Rejang Lebong SMA Negeri 1 Curup Utara pada masa jabatan Bapak Syafewi, S.Pd. MM sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik didalam infrastruktur sekolah, fasilitas  maupun dalam peningkatan kualitas tenaga pengajar. Berkat kerja keras tersebut pada masa jabatan Bapak Syafewi, S.Pd. MM SMA Negeri 1 Curup Utara mendapatkan nilai Akreditasi B pada tanggal 15 Januari 2007.[1] 
Tabel 4.5
Daftar Nama Kepala Sekolah Yang Pernah Memimpin
SMA Negeri 1 Curup Utara
No.
NAMA
1
Drs. Halimi Mustakim
2
Syukriah, BA
3
Drs. Nurafik
4
Drs. Syaifullah
5
Drs. Mawardi
6
Syafewi, S.Pd.
7
Drs. Hartono
8
Nurcaya Megawati
Dokumentasi SMA Negeri 1 Curup Selatan
Visi dan Misi SMA Negeri 1 Curup Utara
Visi SMA Negeri 1 Curup Utara
Menciptakan sekolah yang berwawasan Wiyata Mandala dalam arti yang sebenar–benarnya dan dapat menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, bertanggung jawab, mandiri, dan terampil.
Misi Sma Negeri 1 Curup Utara
o  Memberdayakan seluruh komponen sekolah untuk terselenggaranya kegiatan belajar mengajar dan praktik yang efektif dan efisien.
o  Memberikan motivasi dan bantuan kepada peserta didik untuk dapat mengenali potensi diri, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi tersebut dalam berbagai bidang.
o  Mengembangkan usaha–usaha dibidang peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
o  Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, tertib dan aman untuk mewujudkan sekolah sebagai Wiyata Mandala .
o  Menciptakan sekolah sebagai lingkungan hidup  melalui program penghijauan dengan penanaman pohon perindang.
o  Mempersiapkan peserta didik dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam berbagai bidang keahlian sebagai bekal untuk melanjutkan ke perguruan tinggi ataupun ke dunia usaha.
Letak Geografis SMA Negeri 1 Curup Utara
SMA Negeri 1 Curup Utara berdasarkan letak geografisnya, terletak di pinggir jalan lintas Curup-Muara Aman, tepatnya di Jl.Dr. AK. Gani Desa Pahlawan Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong, yang jarak sekolah dengan pusat kota sekitar 1 KM.
Batas-batas geografis SMA Negeri 1 Curup Uatara sebagai berikut :            
Keterangan
a.    Sebelah utara berbatasan dengan perkebunan masyarakat seterusnya Desa Tabarenah.
b.    Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan Warga seterusnya Desa Tunas harapan.
c.    Sebelah timur berbatasan dengan Perkebunan Masyarakat seterusnya Desa Seguring
d.   Sebelah barat berbatasan dengan Jalan lintas Curup-M.Aman Desa Pahlawan
Dewan Guru Dan Staf TU SMA Negeri 1 Curup Utara
Tenaga guru dan pegawai merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam dan menentukan bagi kelancaran proses pendidikan sekolah. SMA Negeri 1 Curup Utara adalah salah satu lembaga formal yang sistem organisasinya telah terkoordinir dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan tenaga guru lainnya. Dalam rangka meningkatkan mutu dan pencapaian tujuan pendidikan di SMA Negeri 1 Curup Utara di bantu oleh beberapa orang guru atau tenaga pendidik, baik yang berstatus guru tetap maupun berstatus guru tidak tetap atau honorer. Disamping itu juga ada beberapa pegawai administrasi guna untuk pencapaian mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Curup Utara yang baik.
Tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Curup Utara cukup berkualitas, hal ini dapat dilihat dari tingkat atau jenjang pendidikan guru yang mayoritas jenjang pendidikan terakhir mereka adalah strata satu (SI) dan juga ada beberapa orang yang berpendidikan terakhir D3 dan non sarjana.
Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Curup Utara
1.    Jumlah peserta didik
Jumlah peserta didik  pada tahun pelajaran seluruhnya berjumlah 588 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Peserta didik di kelas X ada sebanyak 7 rombongan belajar yang berjumlah 235 orang. Peserta didik di kelas XI ada 6 rombongan dimana 4 kelas IPA yang berjumlah 103 orang dan 2 kelas IPS yang berjumlah 79 orang. Peserta didik di kelas XII ada sebanyak 5 rombongan dimana 2 kelas IPA yang berjumlah 71 orang dan 3 kelas IPS yang berjumlah 100 orang.
Dari pengamatan penulis, bahwa jumlah siswa di SMA Negeri 1 Curup Utara dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup baik, hal ini terbukti dengan banyaknya orang-orang yang berminat ingin melanjutkan sekolah disana. Meningkatnya jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Curup Utara, merupakan suatu indikasi bahwa sekolah SMA Negeri 1 Curup Utara mengalami kemajuan. Melihat dari perkembangan dan tuntutan lembaga pendidikan, serta semakin bertambahnya jumlah siswa dari tahun ke tahun tentunya     SMA Negeri 1 Curup Utara membutuhkan tenaga pengajar yang mencukupi kebutuhan siswa. Serta pada umumnya siswa SMA Negeri 1 Curup Utara berasal dari desa/ kelurahan yang berbeda bahkan ada yang berasal dari luar kabupaten Rejang Lebong.

B.     Perkembangan Kurikulum PAI di Sekolah Umum
1.      Pengertian Perkembangan Kurikulum PAI di Sekolah Umum
UU Sisdiknas menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam definisi ini, kurikulum merupakan salah satu komponen pokok aktivitas pendidikan dan merupakan penjabaran idealisme, cita-cita, tuntutan masyarakat atau kebutuhan tertentu. Dari kurikulum ini akan diketahui arah pendidikan, alternatif pendidikan, fungsi pendidikan dan hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan
Kurikulum PAI di sekolah terdiri atas beberapa aspek, yaitu aspek Al-Qur’an-Hadits, keimanan atau aqidah, akhlak, fiqih dan aspek tarikh (sejarah Islam). Meskipun masing-masing aspek di atas dalam prakteknya saling mengaitkan atau terkait serta saling mengisi dan melengkapi, tetapi jika dilihat secara teoritis, masingmasing memiliki karakteristik tersendiri.[2]
Aspek al-Qur’an-Hadits menekankan kepada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Aqidah menekankan kepada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma’ul husna. Aspek Akhlak menekankan kepada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan seharihari. Aspek Fiqih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Sedangkan aspek Tarikh menekankan pada mengambil ‘ibrah (hikmah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah dalam masyarakat Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan lainlain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Dalam tataran di lapangan, menurut Hasbi Ashi-Shidiqi, aspek kajian PAI meliputi, (1) tarbiyah jismiyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya, (2) tarbiyah ‘aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran yang akibatnya mencerdaskan akal dan menajamkan akal, (3) tarbiyah adabiyah, yaitu segala rupa praktek maupun berupa teori yang wujudnya meningkatkan budi dan meningkatkan perangai.[3]Kurikulum selalu dinamis, dipengaruhi oleh perubahanperubahan dalam faktor-faktor yang mendasari. Jika suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi negara merdeka, maka kurikulum akan mengalami perubahan menyeluruh.[4]perubahan kebijakan terhadap tatanan pemerintahan, termasuk di dalamnya kebijakan pendidikan, terutama dalam hal kurikulum.
2.      Model Pembelajaran PAI di Sekolah Umum
Aspek-aspek pendidikan dalam sejarah Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan perbaikan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan (policy) yang pernah diberlakukan dari satu pemerintah ke pemerintahan selanjutnya. Demikian juga pendidikan Islam mendapat efek dari perubahan kebijakan tersebut. Sehingga dalam kurikulum seperti yang telah dikemukakan di depan, mengalami berbagai perubahan baik itu dari masa Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi. Berdasarkan berbagai fakta tersebut, dapat dilihat corak model pengembangan kurikulum PAI yang pernah berkembang seperti berikut:
a.       Model Dikotomi
Model ini memandang aspek kehidupan dengan sangat sederhana dan kata kuncinya adalah dikotomi atau diskrit. Segala sesuatu hanya dilihat dari dua sisi yang berlawanan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan non-agama. Pandangan dikotomis tersebut pada gilirannya dikembangkan dalam memandang kehidupan dunia dan akhirat, kehidupan jasmani dan rohani, sehingga kehidupan agama Islam hanya diletakkan pada aspek kehidupan akhirat saja.[5]Seksi yang mengurusi masalah keagamaan disebut sebagai seksi kerohanian. Dengan demikian, pendidikan agama dihadapkan dengan pendidikan non-agama, pendidikan keislaman dan seterusnya.
Menurut Azyumardi Azra, pemahaman semacam ini muncul ketika umat Islam di Indonesia mengalami penjajahan yang sangat panjang, sehingga umat Islam mengalami keterbelakangan dan disintregrasi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perbenturan umat Islam dengan pola pendidikan dan kemajuan Barat memunculkan kaum intelektual baru yang disebut dengan cendekiawan sekuler. Kaum intelektual ini memperoleh pendidikan versi Barat, sehingga dalam proses pendidikan mereka menjadi teralienasi atau terasing dari ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Bahkan, dalam beberapa hal, terjadi kesenjangan (gap) antara kaum intelektual baru yang sekuler dengan intelektual lama yang berupa kaum ulama. Pada konteks ini, ulama’ dipersepsikan sebagai kaum sarungan yang hanya mengerti persoalan keagamaan dan buta persoalan keduniaan.
Pandangan dikotomis ini memiliki implikasi terhadap pengembangan PAI yang lebih berorientasi kepada keakhiratan, sedangkan masalah dunia dianggap tidak penting. Sehingga menekankan pada pendalaman ’ulum al-diniyah, yang merupakan jalan pintas untuk menuju kebahagiaan akhirat, sementara sains atau ilmu umum dianggap terpisah dengan agama. Demikian pula pendekatan yang dipergunakan lebih bersifat keagamaan yang normatif, doktriner dan absolut.
b.      Model Mekanisme
Model mekanisme ini memandang kehidupan terdiri atas berbagai aspek dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya. Hal ini sebagaimana sebuah fungsi yang terdiri atas beberapa komponen atau elemenelemen, yang masing-masing melaksanakan fungsinya sendirisendiri dan antara satu dengan lainnya bisa saling berkonsultasi.[6]
Secara sederhana dapat dipahami bahwa aspek-aspek atau nilai-nilai itu sendiri terdiri atas nilai agama, nilai individu, nilai sosial, nilai politik, nilai ekonomi dan lain sebagainya. Dengan demikian, aspek atau nilai agama merupakan salah satu aspek atau nilai kehidupan dari aspek-aspek kehidupan lainnya. Hubungan antara nilai-nilai agama dengan nilai-nilai lainnya bersifat lateral sekuensial, yang berarti di antara masing-masing mata pelajaran tersebut memiliki relasi sederajat yang bisa saling berkonsultasi.
Model ini dapat dikembangkan pada sekolah umum sebagai upaya pembentukan kepribadian religius. Dalam implikasinya di lapangan sangat tergantung pada kemauan, kemampuan atau political will dari para pemimpin sekolah, terutama dalam membangun hubungan kerja sama dengan mata pelajaran lainnya. Model ini dapat diaplikasikan melalui pengintregasian imtak dengan mata materi pelajaran lainnya, yaitu dengan upaya mengintregasikan konsep atau ajaran agama ke dalam materi yang sedang dipelajari oleh peserta didik atau diajarkan oleh guru. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) pengintregasian secara filosofis, yaitu jika tujuan fungsional mata pelajaran umum sama saja dengan tujuan fungsional mata pelajaran agama, (2) pengintregasian dilakukan jika konsep agama saling mendukung dengan konsep pengetahuan umum.[7]
c.       Model Organisme atau Sistematik
Meminjam istilah dalam ilmu biologi, bahwa organisme dapat diartikan sebagai susunan yang bersistem dari berbagai jasad hidup untuk suatu tujuan. Dalam konteks pendidikan Islam, model organisme bertolak dari pandangan bahwa aktivitas kependidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen bersama dan bekerja sama secara terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu perwujudan hidup yang religius atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama Islam.[8]Pandangan semacam itu menggarisbawahi tentang urgensi kerangka pemikiran yang dibangun dari fundamental doctrines value yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur’an dan hadits sebagai sumber pokok. Ajaran dan nilai didudukkan sebagai sumber konsultasi yang bijak, sementara aspek-aspek kehidupan lainnya didudukkan sebagai nilai-nilai insani yang memiliki hubunganhubungan vertical linier dengan nilai-nilai agama. Melalui upayaupaya seperti itu, maka sistem pendidikan Islam diharapkan mampu mengintregasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik serta mampu melahirkan manusia-manusia yang menguasai dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kematangan profesional dan sekaligus hidup di dalam nilai-nilai agama.
Melalui upaya tersebut peserta didik dibawa ke pengenalan terhadap nilai-nilai agama secara kognitif, penghayatan niali-nilai agama secara efektif dan akhirnya penghayatan nilai-nilai agama secara nyata. Menurut istilah pedagogic, kenyataan ini disebut dari gnosis sampai ke praksis. Untuk sampai ke praksis, ada peristiwa batin yang amat penting dan harus terjadi pada diri peserta didik, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai-nilai agama. Peristiwa ini disebut conatio dan langkah untuk membimbing peserta didik membulatkan tekad ini disebut dengan konatif.[9]

C.    Perkembangan Kurikulum PAI di SMAN 1 Curup Utara
SMAN 1 Curup Utara dalam proses pembelajarannya menerapkan kurikulum 2013 sesuai dengan Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan tentang kurikulum 2013 sekolah menengah atas/madrasah aliyah.
Pasal 1
1)   Kurikulum pada sekolah menengah atas/madrasah aliyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
2)   Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a.       Kerangka Dasar Kurikulum;
b.      Struktur Kurikulum;
c.       Silabus; dan
d.      Pedoman Mata Pelajaran.
Pasal 2
Kerangka Dasar Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a berisi landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 3
1)   Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar.
2)   Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada setiap tingkat kelas.
3)   Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a.       Kompetensi Inti sikap spiritual;
b.      Kompetensi Inti sikap sosial;
c.       Kompetensi Inti pengetahuan; dan
d.      Kompetensi Inti keterampilan.
4)   Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi kemampuan dan muatan pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang mengacu pada Kompetensi Inti. (5) Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas:
a.       Kompetensi Dasar sikap spiritual;
b.      Kompetensi Dasar sikap sosial;
c.       Kompetensi Dasar pengetahuan; dan
d.      Kompetensi Dasar keterampilan.
Jika dilihat dari kurikulum yang diterapkan SMAN 1 Curup Utara sudah jelas penerapan pelajaran keagamaan atau Pendidikan Agama Islam telah dilaksanakan oleh pihak sekolah SMAN 1 Curup Uatara. Ini dapat dibuktikan dari Mata Pelajaran yang diterapkan di SMAN 1 Curup Utara mulai dari kelas 10 higga kela 12 yang mana ada Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

MATA PELAJARAN SMAN 1 CURUP UTARA
75 Mata pelajaran
Tingkat
Status
Pendidikan Agama
Nama Singkatan: PAI
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Pendidikan Kewarganegaraan
Nama Singkatan: PKN
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Geografi
Nama Singkatan: Geo
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Ekonomi
Nama Singkatan: EKO
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Bahasa Jepang
Nama Singkatan: B. ASING
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Sosiologi
Nama Singkatan: SOS
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Seni Budaya
Nama Singkatan: SENI
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata
Nama Singkatan: PENJAS
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nama Singkatan: TIK
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Bahasa Inggris
Nama Singkatan: BING
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Fisika
Nama Singkatan: FIS
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Biologi
Nama Singkatan: BIO
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Kimia
Nama Singkatan: KIM
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Matematika
Nama Singkatan: MM
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Sejarah
Nama Singkatan: SEJ
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Pendidikan Agama
Nama Singkatan: PAI
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Geografi
Nama Singkatan: GEO
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Ekonomi
Nama Singkatan: EKO
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Bahasa Inggris
Nama Singkatan: BING
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Sosiologi
Nama Singkatan: SOS
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif

75 Mata pelajaran
Tingkat
Status
Seni Budaya
Nama Singkatan: SENI
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata
Nama Singkatan: PENJAS
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nama Singkatan: TIK
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Bahasa Arab
Nama Singkatan: B. ARAB
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Pendidikan Kewarganegaraan
Nama Singkatan: PKN
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Bahasa Indonesi
Nama Singkatan: BI
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Matematika
Nama Singkatan: MM
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Sejarah
Nama Singkatan: SEJ
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Bahasa Indonesia
Nama Singkatan: BI
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Pendidikan Agama
Nama Singkatan: PAI
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Geografi
Nama Singkatan: GEO
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Ekonomi
Nama Singkatan: EKO
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Bahasa Inggris
Nama Singkatan: BING
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Sosiologi
Nama Singkatan: SOS
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Seni Budaya
Nama Singkatan: SENI
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata
Nama Singkatan: PENJAS
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nama Singkatan: TIK
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Bahasa Arab
Nama Singkatan: B. ARAB
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Pendidikan Kewarganegaraan
Nama Singkatan: PKN
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Bahasa Indonesia
Nama Singkatan: BI
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif

75 Mata pelajaran
Tingkat
Status
Matematika
Nama Singkatan: MM
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Sejarah
Nama Singkatan: SEJ
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Pendidikan Agama
Nama Singkatan: PAI
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Seni Budaya
Nama Singkatan: SENI
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata
Nama Singkatan: PENJAS
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nama Singkatan: TIK
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Bahasa Arab
Nama Singkatan: B. ARAB
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Pendidikan Kewarganegaraan
Nama Singkatan: PKN
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Bahasa Indonesia
Nama Singkatan: BI
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Matematika
Nama Singkatan: MM
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Bahasa Inggris
Nama Singkatan: BING
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Fisika
Nama Singkatan: FIS
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Kimia
Nama Singkatan: KIM
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Biologi
Nama Singkatan: BIO
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Sejarah
Nama Singkatan: SEJ
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Pendidikan Agama
Nama Singkatan: PAI
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Bahasa Asing
Nama Singkatan: B. ARAB
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Seni Budaya
Nama Singkatan: SENI
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata
Nama Singkatan: PENJAS
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nama Singkatan: TIK
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
75 Mata pelajaran
Tingkat
Status
Pendidikan Kewarganegaraan
Nama Singkatan: PKN
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Bahasa Indonesia
Nama Singkatan: BI
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Bahasa Inggris
Nama Singkatan: BING
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Matematika
Nama Singkatan: MM
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Fisika
Nama Singkatan: FIS
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Kimia
Nama Singkatan: KIM
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Biologi
Nama Singkatan: BIO
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Sejarah
Nama Singkatan: SEJ
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Bahasa Jepang
Nama Singkatan: B. JEP
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Kewirausahaan
Nama Singkatan: KWN
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Bahasa Arab
Nama Singkatan: BA
Tingkat: 10
Kompetensi: Umum
Aktif
Kewirausahaan
Nama Singkatan: KWN
Tingkat: 11
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Kewirausahaan
Nama Singkatan: KWN
Tingkat: 11
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
Kewirausahaan
Nama Singkatan: KWN
Tingkat: 12
Kompetensi: Matematika dan Ilmu Alam
Aktif
Kewirausahaan
Nama Singkatan: KWN
Tingkat: 12
Kompetensi: Ilmu-ilmu Sosial
Aktif
  
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosda Karya, 2005

Abdurrahman  Assegaf, Politik Pendidikan Nasional , Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009
Sumber Dokumentasi SMA N 1 Curup Utara



[1]Sumber Dokumentasi SMA N 1 Curup Utara
[2]Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam(Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 45.
[3] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosda Karya, 2005), h. 138.
[4]Abdurrahman  Assegaf, Politik Pendidikan Nasional , (Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005), h. 135.
[5] Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, h. 59-61.
[6] Ibid, h. 54.
[7] Ibid, h. 43-44.
[8] Ibid, h. 67.
[9] Ibid, h. 313.

Related Posts

Subscribe Our Newsletter