MAKALAH PERENCANAAN AUDIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan. Perencanaan menyajikan tujuan yang sama dalam audit seperti dalam perencanaan pribadi untuk kuliah atau dalam perencanaan bisnis untuk pengembangan produk baru sepertikomputer personal. Dalam setiap hal, perencanaan menghasilkan peraturan atas urutan dari bagian-bagian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam perencanaan audit, terdapat lima langkah penting dalam merencanakan audit,yaitu memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur analitis, membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas, mempertimbangkan risiko audit, mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan, dan memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern. Dalam makalah ini akan dibahaslebih rinci mengenai dua langkah pertama dalam perencanaan audit.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah yang dimaksud dengan prencanaan audit ?
1.2.2 Dalam menerimah klien dan melakukan perencanaan audit awal apa sajakah tahapan – tahapan yang harus dilaksanakan?
1.2.3 Apa sajakah yang harus dilakukan dalam memahami bisnis dan industri klien? Dan Bagaimanakah cara menilai risiko bisnis klien?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 untuk mengetahui yang dimaksud dengan prencanaan audit.
1.3.2 untuk mengetahui tahapan – tahapan menerimah klien dan melakukan perencanaan audit awal.
1.3.3 untuk mengetahui Apa sajakah yang harus dilakukan dalam memahami bisnis dan industri klien dan untuk mengetahui cara menilai risiko bisnis klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Audit
Perencanaan audit adalah prosedur – prosedur yang dilakukan setelah proposal disetujui atau perikatan audit telah ditanda tangani dan merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Perencanaaan Audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan secara menyeluruh dan Lingkup Audit yang diharapkan. Dalam perencanaan Audit, Auditor harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha entitas tersebut.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan
d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan material atau adanya transaksi antar pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa
h. Sifat laporan Auditor yang diharapkan akan diserahkan ( sebagai contoh : laporan Auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).
Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan pada saat pekerjaan harus dilaksanakan yaitu membuat suatu program audit secara tertulis (satu set program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan. Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan terjadinya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.
Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus diperlukan, seperti dalam mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksakan prosedur audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau ahli dari luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus memiliki pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan computer untuk mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah hasil prosedur yang telah ditentukan tersebut mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi hasil prosedur audit yang diterapkan berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lain yang direncanakan.
2.2 Menerima Klien Dan Melakukan Perencanaan Audit Awal
A. Perencanaan Audit Awal
Ada empat hal yang keseluruhannya harus dilakukan lebih dulu dalam audit:
1) Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien yang ada sekarang. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang berpengalaman yang berwenang mengambil keputusan penting.Auditor ingin membuat keputusan ini lebih awal,sebelum mengeluarkan biaya yang cukup besar yang tidak bisa ditutup kembali.
2) Auditor mengindentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit. Informasi ini akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan selanjutnya.
3) Untuk menghindari kesalahpahaman,auditor harus memahami syarat-syarat penugasan yang ditetapkan klien.
4) Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan,termasuk staf penugasan dan setiap spesialis audit yang diperlukan.[1]
Walaupun memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah dalam profesi yang kompetitif seperti akuntan publik, kantor akuntan publik (KAP), harus berhati-hati dalam memutuskan klien mana yang dapat diterima. Tanggung jawab hukum dan profesional KAP adalah sedemikian rupa, sehingga klien yang kurang memiliki integritas atau selalu memperdebatkan tentang pelaksanaan audit dan fee yang tepat dapat menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang manfaat yang diterima.
B. Investigasi atas klien baru
Sebelum menerima klien baru,kebanyakan kantor akuntan publik akan menyelidiki perusahaan tersebut untuk menentukan akseptabilitasnya,kantor itu akan melakukannya dengan memeriksa,sejauh memungkinkan,prospektif klien ini dalam komunitas bisnis,stabilitas keuangannya dan hubungannya dengan kantor akuntan publik sebelumnya.Contoh:Banyak kantor akuntan publik sangat berhati-hati dalam menerima klien baru dari bisnis yang baru terbentuk dan berkembang cepat,banyak dari bisnis-bisnis tersebut mengalami masalah keuangan dan membuat kantor akuntan publik akan menghadapi kewajiban potensial yang signifikan.
Beban untuk memulai komunikasi,ditanggung oleh auditor penerus,tetapi auditor pendahulu diwajibkan untuk merespons permintaan akan informasi.Akan tetapi,persyaratan kerahasiaan dalam kode perilaku profesional mewajibkan bahwa auditor pendahulu harus memperoleh izin dari klien sebelum komunikasi dapat dilaksanakan.Jika klien tidak tidak mengizinkan komunikasi atau auditor pendahulu tidak akan memberikan respons yang kompetitif,auditor penerus dapat mempertimbangkan secara serius keinginannya untuk menerima penugasan prospektif,tanpa memperhitungkan investigasi lainnya.
C. Klien yang berlanjut.
Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-klien yang ada saat ini guna menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan audit.Konflik yang terjadi sebelumnya menyangkut ruang lingkup audit yang tepat,jenis pendapat yang akan diberikan,jumlah fee,atau hal-hal lain dapat menyebabkan auditor menghentikan kerja samanya.[2]
D. Memilih staf untuk melakukan penugasan
Auditor harus menempatkan staf yang tepat pada penugasan agar sesuai dengan standar auditing dan untuk meningkatkan efesiensi audit. Salah satu prinsip dasar dalam standar auditing adalah bahwa:
Auditor bertanggunng jawab untuk memiliki kompetensi dan kemampuan yang memadai demi melaksanakan audit.
Karena itu, setiap staf yang ditugaskan harus mengingat persyaratan tersebut disamping harus mempunyai pengetahuan tentang industri klien. Dalam penugasan audit yang lebih besar, mungkin diperlukan satu atau lebih partner dan staf yang memiliki berbagai tingkat pengalaman. Para spesialis dalam bidang teknis seperti sampling statistic dalam penilaian risiko computer juga dapat ditugaskan. Pada audit yang lebih kecil mungkin hanya diperlukan satu atau dua anggota staf.
E. Mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar
Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai atas bisnis klien untuk mengetahui apakah spesialis memang diperlukan. Auditor perlu mengevaluasi kualifikasi professional spesialis itu dan memahami tujuan serta ruang lingkup pekerjaannya. Auditor juga harus mempertimbangkan hubungan spesialis tersebut dengan klien, termasuk situasi yang mungkin mengganggu objektivitasnya. Penggunaan spesialis tidak akan mempengaruhi tanggung jawab auditor untuk melaksanakan audit dan laporan audit tidak boleh mengacu pada pekerjaan spesialis, kecuali laporan spesialis mengakibatkan perlunya modifikasi atas laporan audit.
2.3 Memahami Bisnis dan Industri Klien
Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang operasi perusahaan sangat penting untuk melaksanakan audit yang memadai. Resiko bisnis klien adalah resiko bahwa klien akan gagal memenuhi tujuannya. Dalam tahun-tahun terakhir ini beberapa faktor teelah meningkatkan arti penting dari pemahaman atas bisnis dan industri klien:
A. Penurunan yang signifikan pada kondisi ekonomi baru-baru ini diseluruh dunia mungkin akan meningkatkan secara signifikan resiko bisnis klien. Auditor harus memahami sifat bisnis klien untuk mengetahui dampak dari kemerosotan ekonomi yang parah terhadap laporan keuangan klien dan kemampuan untuk terus going concern.
B. Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan pemasok utama. Akibatnya, auditor memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pelanggan dan pemasok utama serta resiko yang berkaitan.
C. Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali melalui joint venture atau aliansi strategi.
D. Teknologi informasi mempengaruhi proses iinternal klien, yang meningkatkan mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi.
E. Semakin pentingnya modal manusia dan asset tidak berwujud lainnya telah meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi manajemen.
F. Banyak klien yang mungkin telah berinvestasi dalam instrument keuangan yang konpleks, seperti obligasi utang yang dijadikan jaminan atau sekuritas dengan jaminan hipotek, yang mungkin telah menurun nilainya, memerlukan perlakuan akuntansi yang rumit, dan seringkali melibatkan pihak yang tidak dikenal yang dapat menimbulkan resiko keuangan yang tidak diharapkan oleh klien.
Tiga alasan utrama untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang industri klien dan lingkungan eksternal adalah:
A. Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat mempengaruhi penilaian auditor atas resiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat di terimah dan bahkan dapat mempengaruhi auditor dalam menerimah penugasan pada industri yang lebih berisiko, seperti industri simpan – pinjam dan asuransi kesehatan.
B. Risiko inheren (risiko bawaan) tertentu sudah umum bagi semua klien dalam industri tertentu. Familiaritas dengan risiko – risiko tersebut akan membantu auditor dalam menilai relevansinya bagi klien bersangkutan. Contohnya, meliputi kemungkinan keusangan persediaan dalam industri pakaian jadi, risiko inheren atas penagihan piutang usaha dalam industri pinjaman konsumen,serta cadangan untuk risiko inheren kerugian dalam industri asuransi kecelakaan.
C. Banyak industri memiliki persyaratan akutansi yang unik yang harus dipahami auditor untuk mengevaluasi apakah laporan telah sesuai dengan standar akutansi. Sebagai contoh, jika auditor melakukan audit atas sebuah pemerintahan kota, auditor harus memahami akutansi pemerintahan dan persyaratan auditnya. Juga ada persyaratan akutansi yang unik bagi perusahaan konstruksi, kereta api, organisasi nirlaba, lembaga keuangan dan banyak organisasi lainnya.[3]
Beberapa faktor yang harus dipahami dalam operasi dan proses bisnis yaitu:
A. Kunjungan ke pabrik dan kantor
Sebuah kunjungan ke fasilitas yang dimiliki klien sangat berguna dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas operasi bisnis klien karena hal ini memberikan kesempatan untuk mengamati kegiatan operasi secara langsung dan untuk menemui pagawai – pegawai kunci.[4] Dengan melihat fasilitas fisik auditor dapat menilai keamanan fisik terhadap aset – asset klien dan menginterpretasikan dan akutansi yang terkait dengan asset seperti persediaan dan peralatan.
B. Mengidentifikasi pihak yang berkaitan
Transaksi dengan pihak terkait sangat penting bagi auditor karena prinsip – prinsip akutansi yang berlaku secara umum mengharuskan transaksi itu diungkapkan dalam laporan keuangan jika material. Pihak terkait didefinisikan dalam standar auditing sebagai perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien, atau pihak lainnya yang bersangkutan dengan klien itu, dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi pihak lain itu. Sedangkan Transaksi dengan pihak terkait adalah setiap transaksi antara klien dengan pihak terkait. Contoh yang umum adalah transaksi penjualan atau pembelian antara perusahaan induk dan perusahaan anak, pertukaran peralatan antara dua perusahaan yang dimiliki oleh pihak yang sama dan pinjaman kepada pejabat perusahaan.
C. Kode etik
Perusahaan sering mengkomunikasikan standar nilai danetika perusahaan melalui pernyataan kebijakan serta kode prilaku. Sebagai respon atas persyaratan dalam Sarbanes – oxley act, SEC mewajibkan setiap perusahaan public mengungkapkan apakah telah menggunakan kode etik yang berlaku bagi manajemen senior, termasuk CEO, CFO, dan pejabat akutansi utama atau kontroler. Perusahaan yang belum menggunakan kode tersebut harus mengungkapkan fakta ini dan menjelaskan mengapa belum menerapkannya. SEC juga mewajibkan perusahaan untuk segera mengungkapkan amademen atau perubahan dan pengecualian dari kode etik itu bagi setiap pejabat perusahaan. Auditor harus mengetahui kode etik perusahaan dan menelaah setiap perubahan serta pengecualian dari kode prilaku yang berdampak terhadap sistem tata kelola dan integritas serta nilai etis terkait dari manajemen senior.
D. Notulen rapat perusahaan
Adalah catatan resmi tentang pertemuan dewan direksi dan para pemegang saham. Notulen ini mencakup otoritasi dan ikhtisar kunsi mengenai topic – topic penting yang di bahas pada pertemaun tersebut dan keputusan yang diambil oleh para direktur serta pemegang saham. Contohnya informasi lainnya yang relevan bagi audit mencakup pembahasan tentang litigasi atau perkara hukum, penundaan penerbitan saham, atau kemungkinan merger.
2.4 Menilai risiko bisnis klien
Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien yaitu risiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat timbul dari banyaknya faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya. Seperti teknologi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan strateginya sebaik pesaing. Perhatian utama auditor tertuju pada risiko salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh risiko bisnis klien. Sebagai contoh perusahaan sering kali melakukan akuisisi atau merger strategis yang bergantung pada keberhasilan penggabungan operasi antara dua atau lebih perusahaan. Jika sinergi yang direncanakan tidak berkembang nilai asset tetap dan goodwill yang dicatat dalam akuisisi dapat menurun, yang mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.[5]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bukti Audit merupakan segala informasi yang mendukung angka - angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Perencanaan audit adalah prosedur – prosedur yang dilakukan setelah proposal disetujui atau perikatan audit telah ditanda tangani dan merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Perencanaaan Audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan secara menyeluruh dan Lingkup Audit yang diharapkan.
3.2 Saran
Diharapkan pada pambaca makalah ini agar dapat dengan mudah memahami tentang Perencanaan Audit dan tahapan – tahapan apa saja yang harus dilalui dalam melakukanperencanaan audit tersebut. Dan diharapkan juga kepada pembuat makalah selanjutnya agar lebih mengembangkan pembahasan tentang pengauditan yang telah kami buat.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin. A., dkk. 2014. Auditing and assurance services: An Integrated approach (15 th edition). (Jakarta : Erlangga)
Rahayu Siti Kurnia. 2013. Auditing. (Yogyakarta: Graha Ilmu)
Arens. Alvin. A. and James. K. Loebbecke. 2000. Auditing an Integrated Approach (8th edition). (Jakarta : Erlangga)
[1] Arens, Alvin. A., Randal, Auditing and assurance services: An Integrated approach, (Jakarta : Erlangga, 2014 ), H. 247
[2] Arens, Alvin. A., Randal, Auditing and assurance services: An Integrated approach, (Jakarta : Erlangga, 2014 ), H. 249
[3] Arens, Alvin. A., Randal, Auditing and assurance services: An Integrated approach, (Jakarta : Erlangga, 2014 ), H. 254
[4] Siti kurnia rahayu, Auditing, (Yogyakarta : Graha Ilmu), H. 259
[5] Arens, Alvin. A., Randal, Auditing and assurance services: An Integrated approach, (Jakarta : Erlangga, 2014 ), H. 258