MAKALAH BERBICARA SUPAYA EFEKTIF


MAKALAH BERBICARA SUPAYA EFEKTIF 

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Berbicara dan berkomunikasi merupakan suatu rangkaian aktivitas yang kita lakukan setiap hari boleh dibilang dari bangun tidur sampai tidur lagi, bahkan dalam tidurpun sering kita berbicara. Seperti ketika kita sedang bermimpi tak jarang kita melakukan pembicaraan dalam mimpi tersebut. Artinya berbicara mwerupakan hal terbesar  yang dimiliki oleh manusia yang satu dengan manusia yang lainnya adalah komunukasi. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanpa berkomunikasi kita tidakakan bisa berhubungan dengan orang lain. Untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan benar kita harus terampil berbicara. Untuk bisa berbicara kita mesti belajar terlebih dahulu  terhadap suatu bahasa tertentu. Karena bahasa merupakan dasar utama bagi seseorang untuk bisa berbicara baik secra verbal maupun nonverbal.
B.  Tujuan makalah
      a)      Untuk mengetahui tujuan berbicara supaya efektif.
      b)      Untuk mengetahui mengapa berbicara sebagai suatu proses komunikasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Berbicara sebagai suatu proses  komunikasi
            Komunikasi memang sangatlah penting bagi kelangsungan hidup, terutama dalam lingkungan sosial,  agar diterima dimasyarakat kita harus  pandai dalam hal berkomunikasi, salah satunya melalui berbicara. Berbicara merupakan sautu bentuk komunikaasi manusia yang paling esensial,  yang membedakan kita sebagai spesies. Tidak semua makhluk dapat berbicara, begitu juga dengan manusia, walaupun manusia mempunyai kelebihan dapat berbicara,  tidak banyak manusia yang memanfaatkan kelebihan itu, banyak individu yang takut berbicara. Dalam konteks ini, takut berarti takut kalau mengatakan atau berbicara hal yang salah ( tidak sesuai dengan kondisi) atau sebenarnya mereka mengatakan hal yang benar tetapi menyampaikan dengan cara yang salah. Hal-hal yang seperti itu yang membuat individu  berprinsip lebih baik diam dan dianggap bodoh dari pada membuka mulut  tetapi ditertawakan banyak orang.
B.  Berbicara
            Berbicara adalah proses individu  berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat  untuk menyatakan dan sebagai anggota masyarakat. Serta  berbicara merupakan salah satu aspek dari  keterampilan berbahasa. Tapi dalam  pengertian berbicara yang komplek,  bertujuan dan terstruktur dalam  kegiatan ilmiah, maka berbicara masih sangat jarang digunakan.  Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa : “ Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia  yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,  psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik yang sangat intensif.
            Jadi menurut pendapat tarigan tersebut dapat disimpulkan bahwa  berbicara  berkaitan dengan suatu prilaku manusia  yang berkaitan dengan fisik serta jiwa yang sehat sehingga bisa memahami  makna yang terkandung dalam suatu bahasa  yang  sempurna.
            Berbicara itu seperti  mengendarai  mobil, mengelola toko, semakin sering melakukannya, semakin mahir jadinya, dan semakin senang melakukannya, semua orang mempunyai  kemampuan berbicara. Kemampuan tersebut dapat menjadi sebuah keahlian  apabila kemampuan itu diasah dan dikembangkan.  Bagi sebagian orang,  berbicara tidak tidak mudah. Kunci dari semua itu adalah jujur dan terbuka, dengan kejujuran orang yang kita ajak berbicara akan merasakan perasaan dan keadaan kita. Dengan sikap terbuka dan jujur  mengenai latar belakang kita terhadap  lawan bicara,  kita tidak perlu khawatir berbicara  kepada orang itu,  karena kita sudah terbuka dan jujur sehingga percakapan itu memberikan kebebasan  dan kita juga akan mendapatkan rasa hormat dari orang yang kita ajak bicara  selanjutnya kita akan merasa nyaman  dan lancar dalam berkomunikasi.
            Keterampilan berbicara sangat berkaitan  dengan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan salah satu alat untuk berkomunikasi  gagasan-gagasan yang disusun  serta dikembangkan dengan sesuai dengan kebutuhan  penyimak atau pendengar. Pembicaraan yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan  gagasan secara efektif, sebaiknya mempunyai kemampuan berbicara  dan keterampilan bicara memadai, : Arsyad (1988:17) mengatakan bahwa “ Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan.” Jadi berdasarkan pendapat arsyad tersebut kemampuan berbicara dapat dikuasai dengan baik, apabila memiliki  kedewasaan dalam berbicara.[1]
            Kedewasaan dalam pribadi  berbicara tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh  powers ( tarigan 1981:19)  memiliki empat ciri yaitu dapat  menunjukkan pribadi dewasa dan  keterampilan antara lain:
1.      Keterampilan sosial menuntut agar  pembicara memperhatikan empat hal yaitu  bahwa berbicara harus memperhatika apa  yang dikatakan,  dan kapan tidak perlu menyampaikan sesuatu  pembicara kepada penyimak.
2.      Keterampilan semantik adalah kemampuan untuk mempergunakan  kata-kata dengan tepat dan penuh perhatian. Untuk memperoleh kemampuan semantik, pembicara harus memiliki pengetahuan yang luas tentang makna dan ketetapan pengunaanya.  Suatu pembicara akan lebih diterima  penyimak apabila pembicara  mengetahui tentang keterampilan semantik.
3.      Keterampilan fonetik adalah kemampuan membentuk unsus-unsur fonetik secara tepat.
4.      Keterampilan vokal adalah  keterampilan untuk menciptakan emosional  yang diinginkan dengan suara pembicara  untuk berbicra dengan suara yang jelas dan tepat.”
Sebagaimana hallim (1974:67)  mengatakan bahwa:
“ keefektifan berbicara juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:  lafal atau ucapan dan pola-pola intonasi serta tekanan penguasaan tata bahasa, kosa kata, kelancaran dan kefasihan dan pemahaman. Faktor-faktor  menjadi sangat efektif apabila  pembicara juga memperhatikan hal-hal  yang bersifat kebahasaan  dan hal-hal yang bersifat non kebahasaan.”
Arsyad (1988:17-22) juga menyebutkan bahwa:
“ faktor kebahsaan juga meliputi : kejelasan dan kekuatan vokal, kelancaran pe ngujaran, kefasihan pengucapan, fariasi gaya retorik, dan fariasi intonasi, ketetapan pilihan kata ( diksi). Sedangakan faktor non kebahasaan meliputi: kepaduan pembicaraan, keulesan kinesik, penguasaan bahasan, ketuntasan pembicaraan, efisiensi waktu”.
      Jadi menurut pendapat diatas  dapat disimpulkan bahwa berbicara itu memerlukan suatu keterampilan untuk mencapai kedewasaan pribadi,  serta harus memiliki keefektifan, berbicara supaya efektif apabila pembicara  memperhatikan faktor-faktor yang bersifat  kebahasaan dan hal-hal yang berhubungan  dengan faktor-faktor  non kebahasaan.
Adapun fungsi berbicara  dalam kehidupan yaitu :
·         Sebagai alat melahirkan berbagai perasaan, ungkapan kasih sayang,  rasa kagum, heran dan senang.
·         Sebagai alat komunikasi , memperlancar pergaulan, melahirkan gagasan, ide, kreatifitas, menambah pengetahuan.
C.  Berkomunikasi
      Berkomunikasi adalah yang yang penting, dalam hubungan antara manusia, bahkan dimasa kini  komunikasi sangat menentukan sukses tidaknya seseorang  dalam segala sisi kehidupan. Rasulullah SAW adalah seorang komunikator yang handal. Seorang teladan yang luar biasa  yang sepantasnya patut kita tiru. Berikut ini adalah beberapa tips yang diangkat  dari teladan beliau dalam berkomunikasi seperti  Rasulullah SAW adalah sosok yang fasih berbicara. Sedikit berbicara namun penuh makna, mudah dimengerti,  dan tidak menyingguh perasaan orang yang diajak berbicara.
      Tujuan kita berkomunikasi  kepada lawan bicara adalah untuk  menyampaikan pesan da menjalin hubungan sosial, (social relationship). Dalam menyampaikan pesan tersebut biasanyta digunakan  bahasa verbal baik lisan, atau tulis,  atau non velbal ( bahasa isyarat)  yang dipahami oleh kedua belah pihak, pembicara dan lawan bicara.
      Sedangkan tujuan komunikasi yaitu untuk menjalin  hubungan sosial dilakukan dengan menggunakan  ungkapan kesopanan (politiness), ungkapan implisit (indirectness), basa basi (lips service) dan penghalusan istilah (eufimisme). Strategi tersebut dilakukan oleh pembicara  dan lawan berbicra agar proses komunikasi berjalan baik dalam arti,  pesan tersampaikan tanpa merusak hubungan sosial diantara keduanya.
      Dengan berlaku demikian  setelah  prose komunikasi selesai  antara pembicara dan lawan bicara  mempunyai kesan yang mendalam, misalnya kesan simpatik, sopan, ramah, dan santun. Namun demikian untuk mencapai tujuan komunikasi ternyata tidak mudah.  Bahkan sering kali prinsip-prinsip komunikasi berbenturan  dengan prinsip-prinsip kesopanan dalam berbahasa.  Disatu sisi kita diharuskan untuk mematuhi  prinsip komunikasi agar tidak terjadi  kesalah fahaman tetapi disisi lain kita  juga perlu melanggar  prinsip-prinsip tersebut, dengan berbasa basi, untuk menjaga hubungan sosial.
      Istilah komunikasi dari bahasa inggris  communication, dari bahasa latin communicates  yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama , komunikasi diartikan sebagai proses  sharing diantara pihak-pihak yang melakukan  aktifitas komunikas tersebut. Komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk  mencapai kebersamaan.  Jika dua orang yang berkomunikasi maka pemahaman  yang sama terhadap pesan yang saling  mempertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s new collegiate dictionary antara lain menjelaskan  bahwa komunikasi adalah suatu proses  pertukaran informasi antara individu  melalui sistem-sistem atau lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.[2]

D.  Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi menurut pakar:
Prof. Dr. H.Arifin mengemukakan inti “relation” adalah komunikasi, yang artinya penyampaian suatu berita.
      Wibur Schramm berpendapat istilah communication berasal dari bahasa latin communis yang artinya sama (common). Jadi, apabila Kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh communis dengan pihak lain mengenai suatu objek.
      Drs. R.I Suhartin Citrobroto menyatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian tersebut meruapakan suatu proses
      Zaenuddin Ahmad berpendapat, komunikasi dalam arti luas termasuk segala macam komunikasi, yakni segala sesuatu yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain.
      Dr. Phil Astrid S. Susanto mengemukakan communication merupakan proses pengoperan lambang – lambang yang mengandung arti, sedangkan communications merupakan proses komunikasi dengan menggunakan alat-alat mekanis, khususnya apa yang dikenal sebagai media massa.
      Cooley Juga mengatakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia yang memperkembangkan semua lambang pikiran bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkan dalam ruang dan merekamnya dalam waktu.[3]
Komunikasi cara mempersatukan para individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menggolongkan konsep-konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut tidak akan ada serta dapat bertahan lama tanpa adanya masyarakat-masyarakat bahasa. Dengan perkataan lain: masyarakat berada dalam komunikasi linguistik.
Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan-kehidupan individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata. Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan atau tindakan serangkaian unsur yang mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan melulu merupakan suatu kejadian, peristiwa, suatu yang terjadi; komunikasi adalah sesuatu yang fungsional mengandung maksud dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan penyimak dan pembicara. Komunikasi adalah serangkaian perbuatan komunikasi atau speech act yang dipergunakan secara sistematis untuk menyelesaikan atau mencapai maksud-maksud tertentu. Dalam hal ini harus kita tekankan konsekuensi-konsekuensi komunikasi linguistik. Sejumlah penelitian mengenai hal ini telah dilakukan para ahli dan hasilnya menunjukkan bahwa efek atau akibat itu mempunyai implikasi-implikasi terhadap produksi-produksi dan konperhensi terhadap penghasilan dan pemahaman suatu ucapan; kedua cara performansi atau penampilan itu cenderung mengerahkan perbuatan komunikasi pada tujuannya yang pokok.
Setiap anggota masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik, disatu pihak dia bertindak sebagai pembicara dan dipihak lain sebagai penyimak. Dalam komunikasi yang lancar , proses perubahan dari pembicara menjuadi penyimak dan dari penyimak menjadi pembicara begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa biasa dan wajar, yang bagi orang kebanyakan tidak perlu dipermasalahkan apalagi dianalisis. Lain halnya bagi para ahli dalam bidang linguistik dan pelajaran bahasa. Bila kita analisis”suatu peristiwa bahasa” atau “ a language event” yang terjadi antara si pembicara (speaker ) si pendengar atau penyimak.[4]
Untuk menunjukkan hakekat purposif dari komunikasi itu, Halliday (1973) mempergunakan istilah fungsi. Dia memang telah mempergunakan banyak waktu untuk mengadakan penelitian serta penjelajahan mengenai hal itu, dan akhirnya dapat merangkumkan adanya tujuh jenis fungsi bahasa, yaitu:
1) Fungsi instrumental bertindak untuk menggerakkan serta memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Seperti ucapan:
“para guru beranggapan bahwa kamu salah”
“jangan pegang pisau itu!”
2) Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa. Sementara fungsi seperti  itu terkadang sulit dibedakan antara fungsi instrumental dan regulasi. Namun dapat dibedakan bahwa fungsi regulasi lebih mengedepankan pengaturan. Contoh :
instrumental “saya menganggapmu bersalah dan menghukum kalau selama tiga tahun dipenjara”.
Regulasi “demi keadilan untuk memperbaiki tindakanmu yang tidak bermoral maka kamu akan disekap dipenjara selama tiga tahun”.
3) Fungsi represintasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian menggambarkan realitas yang terlihat oleh seseorang. Contoh:
“matahari panas”
4) Fungsi interaksional bahasa bertindak untuk menjamin pemeliharaan sosial.
5) Fungsi personal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati sanubarinya.
6) Fungsi heuristic melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi heuristic seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban.
7) Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner.
Menyimak dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya, keempat keterampilan tersebut sering kali berhubungan satu sama lain. (Anderson, 1972 :3).
Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi. Hal tersebut terjadi karena sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan lainnya dengan cara beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melaui suatu hubungan yang teratur; belajar memembaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahsa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.[5]
E.  Syarat berbicara dimuka umum
       Berbicara dimuka umum memerlukan syarat tertentu. Adapun syarat –syarat berbicara dimuka umum yaitu:
1.      Memiliki keberanian dan tekat yang kuat.
 Keberanian merupakan hal yang sangat mendasar. Tanpa keberanian atau keberanian yang setengah-setengah akan mengakibatkan kacaunya pembicaraan. Tekat yang kuat  akan menghilangkan keraguan  dan akan menambah kepercayaan terhadap diri sendiri.
2.      Didasari oleh suatu keperluan  baik untuk mendapatkan suatu manfaat  ataupun untuk mencegah suatu mudharat.
3.      Memiliki pengetahuan yang luas.
Sang pembicara harus menguasai materi  yang akan dibicarakan sehingga  dapat menyampaikan  gagasan secara lancar dan teratur.
4.      Disampaikan pada tempat dan waktu yang tepat.
5.      Menguasai bahasa yang baik dan benar.
6.      Pelatihan yang memadai.
7.      Diringkas sesuai yang diperlukan.[6]

BAB III
PENUTUP
1.  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan Bab II maka dapat kita simpulkan Berbicara atau berkomunikasi merupakan suatu keterampilan yang mesti dimiliki dan dikuasai oleh manusia. Karena berkomunikasi ini berhubungan langsung dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanpa komunikasi kita tidak bisa berbuat banyak dalam beraktivitas.
suatu proses berkomunikasi yaitu pertama wawasan atau materi yang kita sampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara, dan penekanannya, ketiga penampilan kita. Setelah membaca dan membahas makalah dengan judul berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi ini, kita diharapkan mampu berkomunikasi secara efektif dalam kehidupan kita sehari-hari.
2.  Saran
Tidak ada yang tidak bisa kita kuasai dan kita miliki bila kita mau belajar dan berlatih. Yang terpenting milikilah motivasi untuk maju dan berkembang. Kita pasti mampu mencapai keberhasilan yang diinginkan.
makalah ini mungkin sedikit mambantu anda dalam menyelesaikan permasalahan yang anda butuhkan yang berkaitan dengan berbicara sebagai suatu cara dalam berkomunikasi. Berikut saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yaitu :
Jangan pernah merasa malu untuk bertanya, dan jangan pernah takut gagal ketika berlatih karena tidak ada keberhasilan tanpa adanya kegagalan.



DAFTAR PUSTAKA






Related Posts

Subscribe Our Newsletter